40 Persen Kawula Muda Ngeseks di Rumah

Di seluruh dunia, kawula muda adalah kelompok dengan risiko tinggi
terhadap kehamilan yang tidak dikehendaki. Kelompok ini bahkan rawan
pula tertular penyakit menular seksual. Meski demikian, penelitian
terhadap kelompok ini sangat kurang dan bahkan cenderung diabaikan.



Untuk lebih memahami perilaku seksual kawula muda Indonesia, DKT
Indonesia telah meminta Synovate, sebuah perusahaan riset independen,
untuk melakukan survei perilaku seksual kawula muda di bulan November
2004. Studi ini melibatkan sekitar 474 responden berusia antara 15
hingga 24 tahun di empat kota, Jakarta dan sekitarnya, Bandung,
Surabaya, dan Medan.



Kebanyakan responden telah lulus SLTP (98 persen) dan SLTA (71 persen).
Tidak seorang pun responden yang telah menikah yang diikutikan dalam
survei.



Hampir semua responden (91 persen) menyatakan memiliki pasangan tetap
dan 75 persen pernah berciuman. Seratus persen remaja yang aktif secara
seksual pernah berhubungan seks dan 37 persen melakukan seks oral.
Persentase kawula muda yang suka menonton film biru, melihat gambar
telanjang, dan membaca buku porno cukup besar, pria 82 persen dan
wanita 53 persen.



Sumber yang Keliru



Secara umum, responden memegang teguh tata nilai tradisional yang tidak
memperkenankan seks sebelum nikah. Saat ditanya soal seks sebelum
nikah, sebagian besar menyatakan bahwa perilaku itu bertentangan dengan
agama atau tata moral.



Sayangnya, pernyataan ini tidak mencerminkan perilaku, terutama pada kelompok remaja yang aktif secara seksual.



Di kalangan responden yang aktif secara seksual, pengalaman seksual
pertama rata-rata pada usia 18 tahun. Sekitar 16 persen malah
menyatakan pertama kali melakukan hubungan seks pada usia antara 13
hingga 15 tahun.



Kebanyakan (85 persen) mengatakan bahwa hubungan seks yang pertama kali
mereka lakukan dengan pacar. Sebagian, sekitar 36 persen, mengatakan
mengenal pasangannya kurang dari enam bulan. Yang cukup mengejutkan,
sekitar 40 persen responden menyebutkan bahwa hubungan seks pertama
kali mereka lakukan di rumah. Kebanyakan (66 persen) mengatakan
perbuatan itu tidak direncanakan sehingga tidak terlindungi.



Jelas sekali bahwa temuan ini menguatkan pesan tentang pentingnya
memberikan informasi dan alat yang diperlukan kepada kawula muda agar
dapat membuat keputusan yang baik untuk kesehatan seksual mereka
.
Apalagi dalam penelitian itu ditemukan bahwa sedikit sekali responden
(12 persen) yang peduli terhadap kehamilan atau kena infeksi menular
seksual (2 persen).



Ketidakpedulian ini menjadi semakin membahayakan karena sekitar 45
persen saja yang tahu secara lengkap atau memadai tentang menstruasi
dan sekitar 52 persen tahu bagaimana kehamilan terjadi.



Hanya sedikit pria dibanding wanita yang mengaku mengerti
masalah-masalah tersebut. Di samping itu, hanya sepertiga kawula muda
yang mengaku punya pengetahuan memadai atau lengkap mengenai
kontrasepsi serta cara pencegahan infeksi menular seksual (IMS) dan
HIV/AIDS.



Ketika ditanya dengan siapa mereka merasa nyaman untuk bicara tentang
pacaran dan masalah seksual, kebanyakan menjawab dengan teman. Kemudian
responden ditanya dari mana sumber informasi utama tentang seks dan
kesehatan reproduksi. Sekitar 35 persen dari teman, 22 persen dari film
porno. Kedua hal ini termasuk sebagai sumber informasi utama mereka.



Karena itu, penting sekali untuk diperhatikan bahwa ternyata sekolah,
orangtua, dan keluarga tidak memainkan peran berarti dalam memberi
informasi kepada kawula muda mengenai seks dan kesehatan reproduksi.
Temuan ini menunjukkan bahwa sebagian besar kawula muda memperoleh pelajaran dari sumber yang keliru atau tidak lengkap.



Tidak Otomatis Menggiring



Meski responden yang mengaku tahu tentang IMS dan kesehatan reproduksi
sedikit sekali, pengetahuan mereka tentang HIV/AIDS cukup tinggi.
Sekitar 93 persen menyatakan tahu secara memadai tentang HIVAIDS.



Ini adalah pertanda bahwa kampanye kesadaran tentang HIV/AIDS yang
telah dilakukan berbagai pihak dalam dasa warsa terakhir ini berhasil.
Sayangnya, kawula muda masih belum paham tentang infeksi lain yang bisa
timbul akibat aktivitas seksual yang tidak sehat, seperti sifilis (34
persen) dan gonorea (14 persen).



Kawula mudã yang aktif secara seksual maupun yang tidak, tahu
betul tentang alat kontrasepsi modern dan di mana dapat memperolehnya.
Hampir semua responden (94 persen) menyebut kondom, pil (57 persen),
dan suntikan (37 persen) sebagai alat kontrasepsi yang diketahui. Meski
demikian, hanya 33 persen kawula muda yang mengaku memakai kondom dalam
pengalaman seksual seks mereka yang pertama.



Alasan yang paling banyak dikemukakan kenapa tidak menggunakan alat
kontrasepsi adalah ketidaksiapan (76 persen). Kurangnya persiapan ini
terkait dengan kenyataan bahwa sebagian besar mereka melakukan hubungan
seksual tanpa direncanakan atau terjadi begitu saja.



Dalam studi ini diketahui perbedaan pengetahuan mengenai seks,
kehamilan, infeksi menular seksual dan HIV/AIDS antara mereka yang
mengaku aktif secara seksual dan yang tidak pernah melakukan hubungan
seks
. Meski begitu, tidak ada perbedaan mencolok mengenai
pengetahuan tentang alat kontrasepsi antarkelompok usia, jenis kelamin,
tingkat penghasilan, atau kegiatan seks.



Temuan ini penting karena adanya anggapan bahwa memberikan informasi
tentang kesehatan seksual dan alat kontrasepsi kepada kawula muda akan
meningkatkan kemungkinan mereka terlibat dalam kegiatan seks. Lebih
jauh lagi, ada ketakutan bahwa promosi atau iklan kondom dapat
mendorong kawula muda untuk mencoba berhubungan seks.



Penelitian ini hendak membuktikan bahwa memberikan informasi tentang
bagaimana menggunakan alat kontrasepsi dan pengetahuan seksual lain
tidak mesti menggiring kawula muda untuk melakukan hubungan seks.



Sumber: http://www.kompas.com/kesehatan/news/0507/21/112756.htm

Comments

Popular posts from this blog

prediksi bencana alam

Best Free Software

Tesla Unveils Cybercab: The Future of Autonomous Transportation