Apakah Maoisme Itu?

(Erabaru.or.id) Partai Komunis Nepal pada
saat pemilu telah memperoleh suara mayoritas di dalam parlemen, dengan
demikian telah menjadi sebuah “Partai penguasa” yang
sesungguhnya. PKN (Partai Komunis Nepal) sebelumnya terkenal dengan
pasukan gerilyanya, media luar negeri biasanya menyebut mereka sebagai
“Gerilyawan Maois”. Media resmi Tiongkok juga menyebutnya
demikian. Baru-baru ini setelah PKN menguasai pemerintah, media resmi
pemerintahan PKC (Partai Komunis China) mulai ganti menyebut pimpinan
PKN sebagai “Kamerad”, selain itu di belakang PKN ditambahi
catatan “Maois”.


Apakah Maois itu?

Dahulu, setiap kali ada pimpinan partai komunis yang berkunjung ke
Tiongkok, kadang-kadang sewaktu mengenalkan komunis dari negara yang
bersangkutan biasanya diberi tanda kutip “ML (Marxis
Leninis)” pada bagian belakangnya, ada pula yang tidak diberi
titel seperti itu.


Perbedaan
ini, sesungguhnya bukan terletak pada M (Marxis), melainkan pada L
(Lenin). Karena banyak partai komunis mengakui Marx, tapi tidak
mengakui Lenin. Misalnya sebagian besar partai komunis di negara-negara
Eropa.


Perbedaan antara Lenin
dan Marx, yaitu Lenin mengakui kaum proletariat harus dengan kekerasan
merebut kekuasaan. Selain itu dilangsungkan di negara tertentu yang
kekuasaan kapitalismenya lemah. Sedangkan Marx beranggapan, partai
komunis seharusnya terlebih dahulu memperoleh kekuasaan di beberapa
negara dengan kapitalismenya yang paling berkembang.


Trotsky
yang dibunuh oleh pembunuh bayaran Stalin, juga seorang komunis yang
teguh, tetapi dia tidak mengakui merebut kekuasaan dengan kekerasan dan
kebrutalan “kediktatoran proletariat” yang dilaksanakan
sesudah perebutan kekuasaan.



Itulah sebabnya, di dalam penjelasan tradisi Partai Komunis China,
Marxisme yang non Leninis, biasanya disebut sebagai
“Revisionis” yang bermakna Marxisme yang telah direvisi.


Mao
Zedong (baca: Mao Cetung) adalah pewaris Leninisme. Kemenangan kaum
Bolschewijk Soviet, adalah kerusuhan kaum pekerja di dalam kota-kota
utama, sekaligus merebut kekuasaan.


Doktrin
Mao berbeda, ia beranggapan di dalam negara dengan industri
terbelakang, revolusi berdarah pertama kali harus dilakukan di wilayah
pedesaan yang termiskin dan tertinggal, kemudian baru dengan metode
pasukan gerilya mengepung kota, dan pada akhirnya merebut kota serta
kekuasaan negara. Maka dari itu, paham Maoisme adalah perebutan
kekuasaan dengan kekerasan dan desa mengepung kota.


Setelah
usai perang dunia ke-2, yang memprovokasi penggunaan kekerasan
komunisme dalam gerakan perebutan kekuasaan di seluruh dunia, terutama
ialah Maoisme. Karena waktu itu negara dimana partai komunis bisa
bangkit sebagian besarnya adalah negara miskin, bukannya negara
industri dengan kota metropolitannya.


Maka
dari itu partai komunis Asia Tenggara seperti Malaysia, Indonesia,
Burma, Filipina, bahkan Vietnam, Kamboja dan lain-lain semuanya
kelompok Maois. Sedangkan pasukan gerilya di sebagian negara Amerika
Latin, juga kebanyakan kelompok Maois.


Partai Komunis Nepal termasuk salah satu dari Maois tersebut.

Nepal adalah negeri terkurung daratan, ekonominya tidak berkembang,
selain itu kesenjangan sosialnya sangat parah. Itulah sebabnya petani
wilayah pegunungan yang sangat miskin telah menjadi kekuatan pendukung
utama pasukan gerilya Maois. Sebuah sebab penting lainnya ialah semua
orang tahu tetapi tidak ada orang yang berani berbicara jelas bahwa
PKC-lah pendukung di balik layar.


Maois
pernah sukses di Kamboja dan Vietnam, dan menimbulkan bencana
kemanusiaan yang amat sangat parah. Mao Zedong masih ada satu doktrin
lagi yang penting yakni yang disebut teori “Revolusi
berkelanjutan di bawah kediktatoran proletariat”.


penulis: Zang Shan

Maksudnya
ialah sesudah merebut kekuasaan, harus terus menerus berevolusi,
melaksanakan diktator proletariat yang keras, ini adalah dasar teori
pembantaian Khmer Merah dari Kamboja.


Partai
Komunis Maois Nepal meskipun telah memperoleh kekuasaan politik, namun
itu diperoleh berkat pemilu dan bukannya melalui perebutan kekuasan
dengan kekerasan, sepertinya ada perbedaan dengan Mao Zedong-isme.


Akan
tetapi yang lebih dikhawatirkan oleh semua pihak ialah apakah PKN bakal
melaksanakan kediktatoran proletariat yang lebih bengis? Jikalau ya,
maka Nepal tak urung akan terjerumus ke dalam kabut anyir darah. (Zang
Shan /The Epoch Times/whs)

Comments

Popular posts from this blog

Best Free Software

prediksi bencana alam

Tesla Unveils Cybercab: The Future of Autonomous Transportation