Mengeksplorasi Pekerjaan dan Keluarga Agar Menjadi Kebijaksaan yang Baik
Penulis: Li Shizhen (kantor penelitian untuk belajar kelompok dan pemikiran systematis universitas Zhong Shan
keterangan gambar:
kiri atas: prestasi pekerjaan
kanan atas: alarm dari pekerjaan
tengah: pembagian waktu untuk pekerjaan dan keluarga
kiri bawah: alarm dari keluarga
kanan bawah: sikap dalam keluarga
(Erabaru.or.id) - Di
atas adalah sebuah judul yang nampaknya biasa-biasa saja dan sederhana,
akan tetapi di dalamnya tersimpan pengalaman berapa banyak orang dan
berapa banyak kecerdasan, siapakah orangnya yang berani bicara lantang
bahwa saya telah melakukannya dengan baik?
Bagi
sebagian besar orang, keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga adalah
sebuah urusan yang amat sangat sulit. Literatur dan artikel sejenis ini
sudah amat banyak, bagaimana menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga,
bagaimana menyelesaikan perselisihan, bagaimana memiliki kehidupan yang
stabil dan berimbang ….dll.
Ada orang beranggapan bahwa
mengejar keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga adalah sangat
penting, karena sebagian besar orang, bukannya hanya baik dalam
melakukan salah satunya, justru kedua-duanya tidak dapat dilakukan
dengan baik, bahkan di dalam dunia kerja, ada orang yang di dalam
pekerjaannya adalah pimpinan yang berhasil, namun menghasilkan sebuah
keluarga yang sarat dengan permasalahan.
PENGGABUNGAN BEBERAPA DIVERSIFIKASI DAN PERUNDINGAN
Permasalahan keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga, tak bisa hanya
mengandalkan omongan pakar untuk membantu menyelesaikannya bagi anda,
meskipun pakar memiliki cara, akan tetapi belum tentu sesuai dengan
anda, karena yang dihadapi oleh setiap individu semuanya adalah
pengalaman yang unik, apabila hanya sekedar belajar atau meniru
pengalaman sang pakar, saya hanya bisa mengatakan, keberhasilan ataukah
kegagalan, tinggallah mengandalkan nasib saja. Yang bernasib baik,
menemukan tindakan yang kebetulan sesuai dengan diri sendiri, dan
mengatasinya dengan efektif; yang bernasib buruk, selain kemungkinan
telah memakai cara yang salah, atau tahu (caranya) tetapi tidak
melakukannya. Belajar mengatasi problema semacam ini, selain membaca
buku, taat akan omongan pakar juga masih terdapat satu macam metode
belajar lagi yakni adalah melalui saling sharing dan saling berdialog,
karena dari konsep yang ber-unsur majemuk akan memercikkan bunga api
yang berbeda.
Realitanya, sebagian besar orang seharusnya pernah memiliki pengalaman
berbicara secara mendalam dengan orang lain, akan tetapi, pengalaman
semacam ini biasanya tidak banyak, karena perbincangan setiap harinya
antar manusia, kalau tidak basa basi secara panjang lebar, ya perkataan
yang tidak pernah serius. Dialog antar manusia tidak memiliki makna
mendalam dikarenakan, terutama terdapat 2 sebab: 1) Topiknya sendiri
tidak bermakna mendalam, biasanya dialog antar sesama, pada umumnya
tidak melebihi say hello/tegur sapa dan saling tukar informasi
sederhana atau meng-gossip tentang orang lain. 2) Urutan dan proses
dialognya tidak bermakna mandalam, dialog antar manusia, pada umumnya
yang satu bicara yang lainnya ganti menimpali dst, kedua belah pihak
beranggapan telah melakukan interaksi , sesungguhnya belum, dalam
percakapan, kondisi yang paling sering ditemui ialah ber-monolog.
Maka dari itu, dialog yang bagus seharusnya memberi bobot pada topic
yang mendalam dan urutan mendalam, topic harus mendalam, dalam topic
itu sendiri harus dapat menimbulkan perenungan dan membuat orang
berminat mengeksplorasinya lebih jauh. Sedangkan urutannya harus
mendalam, artinya dalam perencanaannya seharusnya memudahkan orang
untuk berdiskusi, disamping itu bagi peserta diskusi dimungkinkan
berdiskusi dengan bebas dan terbuka. Selanjutnya, selain perencanaan
tentang urutan berdiskusi sangat penting, siapa pesertanya juga
memegang peran cukup penting. Karakter peserta apabila semakin
berwawasan, maka agak lebih mudah dalam saling mengukur jarak
kesenjangan. Tentu saja, apabila terdapat peserta yang mengukuhi
ketidak-inginannya untuk belajar dan bersikap apatis, maka kedalaman
dalam berdiskusi tentu tidak mungkin terjadi. Contohnya ialah
penyelengaraan metode kedai kopi dunia yang diadakan di kota Gao Xiong
– Taiwan baru-baru ini, para peserta terdiri dari direktur dan
manager perusahaan, dokter, professional, boss perintis usaha sendiri,
professor, murid dll. Di dalam kelangsungan prosesnya, lingkup diskusi
bisa dioptimalkan, kebutuhan yang berbeda memperoleh supply yang
berbeda pula.
LEPAS DARI TINGKATAN PERKEMBANGAN KESEIMBANGAN
Ketika orang dengan latar belakang berbeda saling ber-interaksi, dengan
sewajarnya akan terbentuk sebuah market: supply dan demand, sebuah
sarasehan yang bermakna mendalam dengan demikian secara perlahan
dikembangkan, saat itu, orang dengan pengalaman hidup berbeda mulai
membeberkan pandangannya sendiri. Misalnya professor Yang –
universitas Zhong Shan di dalam kelompok kecil mengawali sbb:
“Sesuai yang saya ketahui menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga
adalah sangat sulit, kebanyakan orang, hanya mampu berfokus pada salah
satunya saja, direktur yang sukses, biasanya juga adalah orang tua yang
gagal. Oleh karena keterbatasan sumber daya waktu, barangkali pada
awalnya, melalui pengaturan waktu, kedua hal tersebut bisa
diseimbangkan, kemudian suatu hari pendapatan bertambah banyak dan
ternyata berhasil, maka bisa saja lantas semakin ingin mendapat lebih
banyak lagi, akhirnya memperoleh keberhasilan dalam pekerjaan, tetapi
justru telah kehilangan keluarga dan kegembiraan.” Pada
kenyataannya, seorang pimpinan yang berhasil pastilah berjumlah
sedikit, kebanyakan, orang-orang pada umumnya sedang berada pada level
pengejaran perkembangan keseimbangan.
Ditilik dari tingkatan perkembangan keseimbangan, ada yang mengatakan
pengaturan waktu sangat penting, jika dilihat hubungan antar
suami-istri, antara pekerjaan dan kehidupan keluarga, harus terdapat
pergaulan, sedangkan pencarian akan pergaulan, membutuhkan kedua belah
fihak mengelolanya secara bersama-sama. Mr. Qiu mengkisahkan,
pengejarannya terhadap pekerjaan adalah demi meyakinkan dirinya
sendiri, namun sesudah tiba waktunya akhir pekan, ia mengharuskan
dirinya berbelanja keperluan dapur dan memasak untuk balas budi kepada
sang istri. Drg. Su dari Gao Xiong mengatakan, antar suami-istri,
komunikasi antar keduanya sangat penting, untungnya, selama 20 tahun
pernikahannya, mereka tidak pernah bertengkar. Drg. Su mengatakan:
“Kegembiraan adalah satu hari, demikian pula kesedihan juga satu
hari, antara suami-istri, apapun boleh diperbincangkan, terhadap anak,
prinsip utamanya ialah, sebisa mungkin menemani mereka, perkembangan
kehidupan manusia, tidak mesti harus bagaimana, bisa dijalani dengan
relative lancar sudah bagus.”
Apabila kita hendak meningkatkan level keseimbangan, melulu mengatur
waktu dengan baik tidak cukup, karena bagaimanapun waktu toh adalah
sebuah factor pembatas, apabila hanya mengerjakan dengan baik pekerjaan
pembagian, lantas mengabaikan pemfokusan pada kedua jurusan besar ini,
membutuhkan waktu cukup panjang baru bisa efektif dan sukses
mengembangkannya. Banyak orang, bahkan tak sampai menunggu datangnya
sukses, sudah menghabiskan energi dan spiritnya sendiri. Dari gambar di
atas terlihat, susunan R1 dan R2 membuat pekerjaan dan keluarga
terjerumus ke: Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin,
prestasi pekerjaan semakin baik, kehormonisan di dalam keluarga semakin
buruk, pada akhirnya terjerumus semakin mendalam dan tak mampu
melepaskan diri darinya. Lebih celakanya lagi ialah, di saat
kehormonisan keluarga tidak sesuai yang diinginkan, keluarga akan
mengeluarkan alarm yang membuat orang melepas prestasi kerja dan
kembali meningkatkan kehormonisan keluarga, sebaliknya, prestasi kerja
menjadi buruk, dari pihak perusahaan sama saja juga akan mengeluarkan
alarm, kembali menarik-balik pusat perhatian anda.
MEMELIHARA STANDARD NILAI BERSAMA
Berembuk sampai disini, ada orang yang sudah menyimpulkan bahwa level
yang seimbang saja tidak cukup, anggota keluarga harus saling meningkat
bersama-sama, saling meningkatkan level kehidupan masing-masing, baru
bisa melihat lebih jauh lagi. Liu Zhubao mengatakan: “Antar
suami-istri dan antar anak-anak, saling membangun pemikiran sentral,
memiliki topic pembicaraan yang sama dengan anak kecil, di bawah
konsepsi nilai yang sama, saling memahami.”
Ketika suami, isteri dan anak dididik dengan konsepsi nilai yang benar,
masing-masing akan mempertimbangkan pihak lain, meski menjumpai
kontradiksi, masih bisa menggunakan prinsip sehati, direnungkan dengan
sudut pandang yang berbeda. Pendidikan moral anak juga sudah ada,
pertikaian antar sesama anggota keluarga juga berkurang, meski ada
pertikaian, masing-masing bisa mencari ke dalam apa gerangan yang masih
kurang, bukannya seperti orang kebanyakan yang hanya akan mencela aau
menyalahkan orang lain. Mengasuh anak bagi orang tua, tentu saja tak
akan menggunakan metode keras, melainkan bagaikan kawan yang bisa
berbagi-rasa dan berdialog. Itulah sebabnya, pendirian konsepsi nilai
bersama bagaikan goal/tujuan tertinggi dari kehidupan, saling berbagi
rasa tentang goal/tujuan tertinggi, sasaran yang seragam, sama dengan
menapaki perjalanan heroic dalam kehidupan, di dalam perjalanan
meskipun terdapat kebahagiaan dan amarah, terdapat kesedihan,
masing-masing bisa saling bahu-membahu meneruskan perjalanan bersama,
jalan yang seperti ini baru bisa dijalani dengan lebih jauh dan lebih
panjang, bukankah demikian?
http://www.epochtimes.com/b5/8/4/11/n2078517.htm
Comments
Post a Comment