Onno W Purbo: Saya Tidak Percaya Hak Cipta!
Onno W Purbo
Saya Tidak Percaya Hak Cipta!
Saya Tidak Percaya Hak Cipta!
Oleh
Wheny Hari Muljati
Wheny Hari Muljati
JAKARTA - Rumahnya tak terlalu megah, biasa saja seperti halnya rumah para tetangganya. Berlantai dua, ada pagar, pintu, garasi, serta beberapa pasang sandal anak-anak dan orang dewasa berjajar di depan pintu. Seorang anak tampak melongok dari pintu garasi yang sedikit terbuka.
Sapaan kanak-kanaknya ditingkahi suara gaduh anak-anak lain dari dalam garasi. Mereka sepertinya sedang asyik bermain games pada sebuah komputer yang dari jalanan sepintas bersuara seperti permainan ding-dong.
Saya tidak salah alamat. Ini memang benar rumah Onno W Purbo. Alamatnya benar, Jalan Swadaya IV No 21. Tak berapa lama, muncul wajah energik dengan kacamata dan senyum khas, mirip dengan yang beberapa kali saya lihat di internet. Saya tak menyangka seorang Onno W Purbo yang cukup terkenal di jagad maya ini ternyata orang biasa. Rakyat biasa, tepat seperti halnya pegiat teknologi informasi ini acap kali menjuluki dirinya.
Perbincangan langsung dibuka. Canda tawa pun mengalir begitu saja, terasa nikmat dan akrab. Julukan "profesor internet" dan "sesepuh open source" yang sering ditujukan kepadanya, ternyata tidak identik dengan penampilannya. Tutur bahasanya jelas, lugas, kadang-kadang justru sedikit "gila", sungguh berbeda dengan konsep-konsep teknologi rumit yang saya kira biasa "lekat" pada namanya.
Tampil dengan celana pendek dan kaos warna putih, Onno sore itu tampak santai. Deret kata dalam bahasa Inggris di kaosnya pun langsung tertangkap mata. "No Windows. No Gates. It is open. No Bill. It is free." Tulisan menggelitik dan "nakal" itu jelas menyuarakan "pemberontakan" pada dominasi Bill Gates dengan Microsoft dan Windows-nya, yang bertahun-tahun dianggap merajai kancah teknologi di kalangan pengguna komputer di seluruh dunia. Inilah sisi lain yang dihadapi kaum pegiat open source, monopoli dan dominasi, dan Bill Gates adalah simbol dari dominasi itu.
Lebih dari setahun lalu, di penghujung tahun 2006, tak mengherankan bila Onno sempat "bereaksi" saat pemerintah memutuskan mengadakan MoU dengan Microsoft untuk legalisasi perangkat lunak yang digunakan di kantor-kantor pemerintah.
Onno pada waktu itu antara lain menilai, MoU pemerintah dengan Microsoft justru menyimpang dari undang-undang, karena tidak melalui proses tender terbuka. Kesepakatan pembelian perangkat lunak itu padahal menyangkut dana miliaran rupiah.
Proses legalisasi menurut Onno, justru dapat menimbulkan pemborosan hingga miliaran rupiah, sementara di sisi lain, sebenarnya ada sumber terbuka (open source) yang apabila dimanfaatkan, akan dapat menghemat uang negara dalam jumlah yang cukup besar.
"Open Source"
Open source atau sumber terbuka bukanlah sekadar produk yang dapat menggantikan perangkat-perangkat lunak mahal, melainkan lebih pada terbukanya peluang berinovasi dalam sistem yang terbuka, yang memungkinkan munculnya pengembangan berbagai aplikasi lainnya. Melalui sumber yang terbuka ini, pengguna komputer tidak perlu membeli perangkat-perangkat lunak berlisensi yang umumnya dijual dengan harga mahal, hingga puluhan dan ribuan dolar AS.
Open source atau sumber terbuka bukanlah sekadar produk yang dapat menggantikan perangkat-perangkat lunak mahal, melainkan lebih pada terbukanya peluang berinovasi dalam sistem yang terbuka, yang memungkinkan munculnya pengembangan berbagai aplikasi lainnya. Melalui sumber yang terbuka ini, pengguna komputer tidak perlu membeli perangkat-perangkat lunak berlisensi yang umumnya dijual dengan harga mahal, hingga puluhan dan ribuan dolar AS.
Implikasi digunakannya perangkat murah ini cukup besar. Biaya operasional masyarakat dapat ditekan, terutama biaya untuk akses teknologi informasi. Penggunaan sumber terbuka memungkinkan dibangunnya suatu sistem informasi dan komunikasi yang terjangkau masyarakat luas, bahkan bagi kalangan rakyat jelata. Sayangnya, informasi dan sosialisasi kepada masyarakat soal sumber terbuka ini masih sangat kurang, begitu juga dalam hal upaya pengembangan perangkat lunaknya.
"Wajanbolic"
Soal teknologi informasi dengan biaya terjangkau ini, Onno adalah biangnya. Sejak menemukan hubungan antara radio dan komputer di masa kuliahnya di ITB, gagasan Onno soal internet murah terus bermekaran. Bersama rekannya, Gunawan, ia antara lain menciptakan wajanbolic, yakni sebentuk antena untuk keperluan internet nirkabel yang berbiaya murah, karena terbuat dari wajan.
Soal teknologi informasi dengan biaya terjangkau ini, Onno adalah biangnya. Sejak menemukan hubungan antara radio dan komputer di masa kuliahnya di ITB, gagasan Onno soal internet murah terus bermekaran. Bersama rekannya, Gunawan, ia antara lain menciptakan wajanbolic, yakni sebentuk antena untuk keperluan internet nirkabel yang berbiaya murah, karena terbuat dari wajan.
Penggunaan wajanbolic hasil temuan spektakulernya ini memiliki keuntungan, antara lain meningkatnya jarak jangkauan wireless LAN, dan rendahnya biaya akses internet, karena perangkat ini mudah dibuat dan hanya memerlukan sedikit biaya. Wajanbolic temuannya ini dapat dibuat dari barang sehari-hari yang mudah didapat, sehingga saat ini penggunaannya cukup populer di kalangan rakyat jelata.
Frekuensi 2.4 GHz
Permasalahan yang dirasakan Onno lebih kepada tantangan di tataran kebijakan. Menurutnya, teknologi semakin lama semakin murah, termasuk radio dan internet, yang mahal adalah izin frekuensinya. Menurut Onno, sulit meyakinkan pemerintah, bahwa jika kita membebaskan rakyat memperoleh akses informasi, pemerintah tidak akan rugi, justru akan diuntungkan.
Permasalahan yang dirasakan Onno lebih kepada tantangan di tataran kebijakan. Menurutnya, teknologi semakin lama semakin murah, termasuk radio dan internet, yang mahal adalah izin frekuensinya. Menurut Onno, sulit meyakinkan pemerintah, bahwa jika kita membebaskan rakyat memperoleh akses informasi, pemerintah tidak akan rugi, justru akan diuntungkan.
Ia bahkan mengajukan usulan membangun knowledge based society, dan soal perlu dibebaskannya izin frekuensi radio.Soal frekuensi radio, rekan Onno di INDOWLI Bona Simanjuntak berkomentar, Onno sempat berkirim surat kepada pemerintah mewakili komunitas wireless untuk meminta dibebaskannya frekuensi 2.4 Ghz. Surat yang menurut Onno adalah pernyataan "perang " itu diterima Dirjen Postel, dan berkat surat itu, frekuensi itu hingga sekarang digratiskan.
Soal Hak Cipta
Saat ditanya lebih jauh tentang hak cipta, Onno yang merupakan salah seorang perintis kehadiran internet di Tanah Air pada era 1990-an ini mengaku, tidak percaya pada hak cipta. "Saya percaya Tuhan, hak cipta itu Tuhan yang punya. Begitu juga rezeki. Bagi saya, tidak perlu mengklaim hak cipta kita, karena semua yang kita miliki itu berasal dari Tuhan," ujar Onno menggebu-gebu. "Kalkulator yang di Atas tidak pernah salah," ujarnya berulang-ulang.
Saat ditanya lebih jauh tentang hak cipta, Onno yang merupakan salah seorang perintis kehadiran internet di Tanah Air pada era 1990-an ini mengaku, tidak percaya pada hak cipta. "Saya percaya Tuhan, hak cipta itu Tuhan yang punya. Begitu juga rezeki. Bagi saya, tidak perlu mengklaim hak cipta kita, karena semua yang kita miliki itu berasal dari Tuhan," ujar Onno menggebu-gebu. "Kalkulator yang di Atas tidak pernah salah," ujarnya berulang-ulang.
Ayah lima anak ini mengaku, kaum pegiat sumber terbuka umumnya sangat religius. Onno yang beberapa kali mengaku sebagai "pengangguran" ini juga rela melepaskan karya ciptanya untuk diambil secara gratis di dunia maya melalui beberapa situs internet, antara lain di http://sandbox.bellanet.org/~onno/, http://www.ilmukomputer.com/, http://www.bogor.net/idkf/, http://onno.vlsm.org/, http://www.telkomspeedy.com , dan http://opensource.telkomspeedy.com.
Cita-cita
Onno W Purbo yang dikenal luas sebagai penggagas internet murah ini merupakan salah seorang yang gigih memperjuangkan dibukanya akses informasi dan teknologi untuk kalangan rakyat jelata. Menurutnya, memajukan suatu bangsa harus dilakukan dengan membuka akses informasi seluas-luasnya bagi rakyat. Untuk itu, negara perlu membebaskan rakyat dari beban biaya. Ia bermimpi terciptanya Telkom rakyat, di mana rakyat tidak perlu membayar telepon, karena dapat membangun sistem telekomunikasi sendiri.
Onno W Purbo yang dikenal luas sebagai penggagas internet murah ini merupakan salah seorang yang gigih memperjuangkan dibukanya akses informasi dan teknologi untuk kalangan rakyat jelata. Menurutnya, memajukan suatu bangsa harus dilakukan dengan membuka akses informasi seluas-luasnya bagi rakyat. Untuk itu, negara perlu membebaskan rakyat dari beban biaya. Ia bermimpi terciptanya Telkom rakyat, di mana rakyat tidak perlu membayar telepon, karena dapat membangun sistem telekomunikasi sendiri.
Menurut Onno, rakyat Indonesia sudah cukup lama dibodohi secara sistematis, sekarang saatnya mereka kita buat pintar. Impiannya adalah menjadikan rakyat Indonesia yang 240 juta orang ini "pinter", sehingga tidak dibodohi lagi oleh penguasa.
"Tak perlu Windows, tidak perlu Gates, semuanya terbuka. Tidak perlu Bill, semuanya gratis."
Biodata
Nama : Onno Widodo Purbo.
Tempat/Tgl Lahir : Bandung, 17 Agustus 1962.
Istri : Nurlina
Anak : Ito, Reza, Atik, Derry, dan Djaq.
Alamat Rumah : Jl Swadaya IV No 21, Kelurahan Cempaka Baru,
Jakarta Pusat.
Telepon : 0811 945 969
Email : onno@indo.net.id
Tempat/Tgl Lahir : Bandung, 17 Agustus 1962.
Istri : Nurlina
Anak : Ito, Reza, Atik, Derry, dan Djaq.
Alamat Rumah : Jl Swadaya IV No 21, Kelurahan Cempaka Baru,
Jakarta Pusat.
Telepon : 0811 945 969
Email : onno@indo.net.id
Pendidikan
1993 - Lulus S3 dari University of Waterloo, Kanada, dengan tesis "Studies on Polysilicon Emitter Transistors Made on Zone-Melting-Recrystallized Silicon-on-Insulator" di bawah bimbingan Prof Dr CR Selvakumar.
1993 - Lulus S3 dari University of Waterloo, Kanada, dengan tesis "Studies on Polysilicon Emitter Transistors Made on Zone-Melting-Recrystallized Silicon-on-Insulator" di bawah bimbingan Prof Dr CR Selvakumar.
1989 - Lulus S2 dari McMaster University, Kanada, dengan tesis "Numerical Models for Degenerate and Heterostructure Semiconductor Diodes" di bawah bimbingan Prof Dr DT Cassidy dan Prof Dr SH Chisholm.
1987 - Lulus S1 dari Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat, dengan tugas akhir "Perancangan dan Implementasi Rangkaian RS232C 8 Kanal dan Program untuk Praktikum" di bawah bimbingan Prof Dr Samaun Samadikun dan Dr Adang Suwandi.
Penghargaan
2005 : Senior Fellow dari Global Ashoka, Amerika Serikat.
2003 : Sabbatical Award, dari International Development Research Center, Kanada.
2002 : Eisenhower Fellow, dari Eisenhower Fellowship, Amerika Serikat.
2000 : Masuk dalam buku "Indonesia Abad XXI: Di Tengah Kepungan Perubahan Global", Editor Ninok Leksono, Kompas.
1997 : Menerima "ASEAN Outstanding Engineering Achievement Award", dari ASEAN Federation of Engineering Organization (AFEO).
1996 : Menerima "Adhicipta Rekayasa", dari Persatuan Insinyur Indonesia.
1992 : Masuk dalam Buku "American Men and Women of Science", RR Bowker, New York, Amerika Serikat.
1987 : Lulusan Terbaik, Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung.
2005 : Senior Fellow dari Global Ashoka, Amerika Serikat.
2003 : Sabbatical Award, dari International Development Research Center, Kanada.
2002 : Eisenhower Fellow, dari Eisenhower Fellowship, Amerika Serikat.
2000 : Masuk dalam buku "Indonesia Abad XXI: Di Tengah Kepungan Perubahan Global", Editor Ninok Leksono, Kompas.
1997 : Menerima "ASEAN Outstanding Engineering Achievement Award", dari ASEAN Federation of Engineering Organization (AFEO).
1996 : Menerima "Adhicipta Rekayasa", dari Persatuan Insinyur Indonesia.
1992 : Masuk dalam Buku "American Men and Women of Science", RR Bowker, New York, Amerika Serikat.
1987 : Lulusan Terbaik, Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Bandung.
Pekerjaan
Februari 2000 : Resmi mengundurkan diri dari jabatan sebagai dosen ITB dan menanggalkan status Pegawai Negeri Sipil-nya.
2000-Sekarang : Menjadi pembicara pada berbagai seminar dan pelatihan soal teknolgi informasi, baik di tingkat lokal, regional, maupun intern asional.
Februari 2000 : Resmi mengundurkan diri dari jabatan sebagai dosen ITB dan menanggalkan status Pegawai Negeri Sipil-nya.
2000-Sekarang : Menjadi pembicara pada berbagai seminar dan pelatihan soal teknolgi informasi, baik di tingkat lokal, regional, maupun intern asional.
Aktivitas Lain
- Menulis lebih dari 40 buku dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, antara lain soal internet murah, teknologi internet nirkabel, VoIP, Open Source, dan Linux.
- Melakukan berbagai advokasi soal pentingnya akses informasi yang murah untuk rakyat demi kemajuan bangsa.
- Mempublikasikan karya-karya tulisnya di internet sebagai sumber terbuka yang bisa diakses secara cuma-cuma.
- Menulis lebih dari 40 buku dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, antara lain soal internet murah, teknologi internet nirkabel, VoIP, Open Source, dan Linux.
- Melakukan berbagai advokasi soal pentingnya akses informasi yang murah untuk rakyat demi kemajuan bangsa.
- Mempublikasikan karya-karya tulisnya di internet sebagai sumber terbuka yang bisa diakses secara cuma-cuma.
Comments
Post a Comment